Dikhawatirkan Jadi Ancaman Bagi Masyarakat Aceh, Prof Syamsul Rijal: Rohingya Tanggung Jawab Negara

“Siapa yang bisa menjamin masyarakat Aceh bisa aman, jika mereka ditempatkan di suatu wilayah di Aceh yang nantinya menjadi perkampungan Rohingya di Aceh?. Dan apakah bisa dijamin atau dipastikan mereka Rohingya yang datang itu masyarakat biasa semua? bisa saja di dalam rombongan mereka ada disusupi militer atau intelijen asing, yang bisa menjadi ancaman kedaluatan NKRI ke depan.”

BANDA ACEH – Guru Besar Filsafat Islam UIN Ar-Rairy, Prof. Syamsul Rijal, mengatakan persoalan adanya imigran Rohingya di Aceh saat ini merupakan tanggung jawab negara. Pemerintah pusat diminta untuk turun tangan menyikapi persoalan imigran Rohingya di Aceh yang kini menjadi polenik di kalangan masyarakat.

“Imigran Rohingya ini bukan masuk ke Aceh, tapi Indonesia. Aceh merupakan pintu gerbang Indonesia di wilayah palign barat. Maka yang harus bertanggung jawab menangani persoalan Rohingya ini adalah negara. Jadi negara jangan membebankan persoalan Rohingya terhadap masyarakat Aceh,” kata Prof. Syamsul Rijal menanggapi polemik imigran Rohingya di Aceh, Senin (1/1/2024).

Adanya imigran Rohingya di Aceh, Prof. Syamsul mengimbau kepada masyarakat Aceh untuk tidak perlu saling menyalahkan, khususnya kepada para pihak yang menerima dan menolak adanya imigran Rohingya di Aceh.

“Penanganannya imigran Rohingya di Aceh harus jelas. Untuk deportasi juga kan sudah dijelaskan, bahwa mereka tidak bisa dideportasi, jadi pusat harus bersikap bagaimana menangani mereka. Para pihak terkait khsusunya UNHCR juga harus menangani para imigran Rohingya yang ada di Aceh ini,” tegasnya.

“Kehadiran Rohingya ke daratan Aceh tidak boleh hanya direspon dengan ukuran emosionalitas religi dan kemanusiaan. Dalam asumsi dan opini warga bahwa basis ini dimaklumi memicu pro kontra, karena kesamaan agama dan rasa kemanusiaan. Tetapi perlu dilihat juga penanganan selanjutnya karena terkait dengan dimensi ekonomi politik sosial-kultural yang menyertainya. D sinilah negara harus hadir menangani sesuai ketentuan perundangan yang berlaku,” tambah Prof. Syamsul Rijal.

Menurut Prof Syamsul Rijal, persoalan imigran Rohingya datang ke Aceh, bukan merupakan persoalan baru, di mana imigran Rohingya sudah mulai datang dan terdampar di Aceh sejak 2015 silam. Dia pun mempertanyakan ke mana para imigran Rohingya yang telah datang ke Aceh sejak 2015 silam tersebut.

“Jika mereka tidak didata dan dipantau dengan baik, maka akan menjadi ancaman bagi masyarakat Aceh sendiri ke depan, dikarenakan perbedaan ras dan culture antara Rohingya dan Aceh,” tegas Prof. Syamsul.

“Keamanan perairan kita juga perlu dipertanyakan, masak ada kapal terus masuk ke wilayah Indonesia, kita tidak bisa terdeteksi sudah bertahun-tahun Rohingya terdampar di Aceh. Ketahuan Rohingya ada di Aceh, selalu saat sudah ditemukan masyarakat terdampar di wilayah Aceh, bukan saat akan memasuki wilayah Indonesia langsung dihalau,” tambahnya.

Keberadaan ribuan imigran Rohingya yang sudah ada di Aceh sejak 2015 tersebut, Prof. Syamsul melanjutkan, juga dikhawatirkan akan menjadi ancaman bagi negara dan masyarakat Aceh ke depan.

“Siapa yang bisa menjamin masyarakat Aceh bisa aman, jika mereka ditempatkan di suatu wilayah di Aceh yang nantinya menjadi perkampungan Rohingya di Aceh?. Dan apakah bisa dijamin atau dipastikan mereka Rohingya yang datang itu masyarakat biasa semua? bisa saja di dalam rombongan mereka ada disusupi militer atau intelijen asing, yang bisa menjadi ancaman kedaluatan NKRI ke depan,” tegas Prof. Syamsul.

Untuk itu, Prof. Syamsul mendesak pemerintah untuk bersikap tergas dan memberikan penanganan khusus untuk para imigran Rohingya di Aceh, agar tidak terus menjadi polemik di masyarakat Aceh.

“Tidak mesti orang Jakarta ke sini, tapi gubernur selalu perpanjangan tangan pemerintah pusat harus proaktif. Kalau terus dibiarkan tanpa ada penanganan yang jelas, maka bisa dipastikan para imigran Rohingya yang lain akan terus berdatangan ke Aceh dan ini akan menjadi ancaman bagi masyarakat Aceh dan negara ke depan,” tutupnya. []

___________

Tulisan ini dimuat pertama kali di Aceh Online

Leave a Comment